Perkici Timor/ Olive-headed Lorikeet |
Perkici Timor/ Olive-headed Lorikeet sejatinya adalah burung asli Indonesia bagian timur, meliputi Pulau Timor dan Kepulauan Sunda Kecil, dari Lembata Timur sampai Nila dan Babar. Namun burung paruh bengkok dengan nama latin (Trichoglossus euteles) ini mulai awal tahun 2020 hingga sekarang masih terus terpantau di daerah Bedugul, Bali. Cukup jauh dari daerah sebaran aslinya.
Perjumpaan Perkici Timor di Bedugul, berawal pada tahun 2020, saat itu bersama dengan anggota Komunitas Fotografi Satwa Alam Bali (SAB) lainnya melakukan kegiatan birding di Taman Wisata Alam Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Ada Kang Yuyun, Mas Udhin, Mas Unang, Mas Deni dan Mas Oka. Birding dilakukan pada akhir pekan, karena semua anggota memiliki aktifitas rutin harian masing-masing.
Tujuan awalnya adalah monitoring satwa liar di masa pandemik, saat itu hampi setahun lamanya kawasan TWA Danau Buyan dan Danau Tamblingan tertutup untuk kunjungan wisata. BKSDA Bali, selaku pengelola ingin mengetahui bagaimana dampak penutupan kawasan terhadap hidupan liar yang ada di sana. Kondisi umum kawasan saat itu memang jauh berubah dari sebelumnya, Camping Ground yang biasanya ramai saat itu lengang, bahkan lokasinya telah ditumbuhi rumput dan semak setinggi orang dewasa. Beberapa jalur trekking yang selama ini dilalui pengunjung baik wisatawan local maupun mancanegara tertutup karena terhalang pohon tumbang. Jalur yang biasanya dapat dilalui dengan kendaraan roda empat, kini hanya bisa dilalui roda dua, dan itupun mesti kerbelok-belok untuk menghindari batang pohon yang tumbang di sepanjang jalur.
Berbeda dengan kegiatan camping, kegiatan mancing yang sebagian besar memang penduduk sekitar, terlihat makin ramai. Dari hasil bincang-bincang dengan salah seorang pemancing, motifnya adalah karena tidak ada pekerjaan. Hotel, penginapan dan industri pertanian dimasa pandemik semuanya tidak operasional, beberapa diantaranya gulung tikar karena bangkrut. Mancing adalah kegiatan mengisi waktu luang sambal menunggu kondisi wabah covid-19 membaik dan kondisi perekonomian pulih seperti semula.
Perjumpaan dengan Perkici Timor adalah hal yang mengejutkan bagi kami, timbul dugaan-dugaan bahwa burung tersebut adalah hasil introduksi, entah disengaja atau tidak. Dari sisi prilaku burung tersebut menunjukkan tingkat adaptasi yang baik dengan habitat sekitar. Namun saat itu hanya dijumpai seekor, burung terpantau sedang memakan biji buah Ampupu (Eucalyptus urophylla).
Perkici Timor/ Olive-headed
Lorikeet
Deskripsi Perkici Timor
Seperti dilansir dari laman Facebook Parrot Indonesia Perkici Timor/Olive-headed Lorikeet (Trichoglossus euteles) merupakan burung berukuran sedang dengan Panjang tubuh sekitar 25 cm dengan berat berkisar antara 80-85 gr. Perkici Timur secara penampakan berwarna dominan warna hijau, kepala berwarna zaitun dengan garis kuning di seluruh permukaan bagian atas. Pada bagian leher dan belakang dikelilingi kerah berwarna hijau cemerlang sampai dengan bagian tenggorokan. Paruh berwarna merah-orange dengan iris berwarna merah dan kaki berwarna abu-abu. Burung muda bagian kepala berwarna agak kehijauan dengan garis-garis pucat. Paruh berwana coklat demikian juga dengan iris. Susah dibedakan antara jantan dan betina.
Habitat Perkici Timor
Perkici Timor/Olive-headed Lorikeet (Trichoglossus euteles) menyukai hutan lembab subtropis, hutan sekunder, dan padang rumput berhutan. Burung ini memiliki tingkat adaptasi yang baik terhadap lahan pertanian dan kebun di perkotaan. Di habitat aslinya Pulau Timor, populasi mereka cukup melimpah, mereka hidup pada ketinggian antara 1.000 – 2.300 mdpl. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Keberadaannya mudah diketahui terutama pada saat terbang, karena pada saat itulah mereka biasanya mengeluarkan suara-suara teriakan yang cukup keras secara terus menerus. Berbeda halnya ketika mereka sedang makan, warna bulu tersamarkan dengan warna daun disekitarnya. Burung ini bersifat territorial, dengan menunjukkan agresifitas Ketika batas-batas pengaruhnya diganggu. Pada musim kawin dan pakan melimpah mereka membentuk kelompok besar. Namun pada saat musim kering dan pakan sedang menim, mereka turun hingga di bawah 1.000 mdpl sampai dengan daerah pantai. Pakan utama perkici timor adalah nectar dan buah.
Status perlindungan
Perkici Timor/Olive-headed Lorikeet (Trichoglossus euteles) sampai saat ini menunjukkan kondisi populasi yang stabil. Kondisi tersebut menjadikan dasar bagi IUCN menetapkan status Perkici Timor/Olive-headed Lorikeet (Trichoglossus euteles) masuk kategori Least concern: LC. Demikian juga status perdagangan Internasional, CITES memasukkannya dalam Appendikx II, artinya spesies ini dapat diperdagangkan dengan pengaturan tertentu dan penangkapan di alam diatur dengan sistem kuota. Namun demikian Hukum Indonesia memasukkan Timor/Olive-headed Lorikeet (Trichoglossus euteles) sebagai satwa liar dilindungi Undang-undang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan Peraturan Menteri LHK Nomor: P.106 tahun 2018. Penetapan staus ini karena populasinya yang semakin langka bahkan dihabitat alaminya sudah sangat sulit ditemukan. Namun demikian IUCN
Post a Comment for "Perkici Timor, Tersesat di Belantara Bali"