Cekakak Jawa/Javan Kingfisher |
Untuk kesekian kalinya, komunitas fotografi Satwa Alam Bali (SAB) melakukan pengamatan burung di Penebel, Tabanan, Bali. Satu tempat di kabupaten “lumbung padi” yang memiliki udara sejuk dan tutupan vegetasi yang masih bagus. Meskipun jenis tutupan bukan dari vegetasi hutan alam, namun untuk ukuran perkebunan dan hutan rakyat, kita pastas berbangga, karena masyarakat Penebel masih gemar menanam tanaman tahunan. Kakao adalah salah satu tanaman perkebunan yang dikombinasi dengan tanaman hutan seperti sengon, ya betul sekali, mereka menerapkan sistem agroforestry, yaitu salah satu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas tanaman pertanian jangka pendek. Tanaman lain yang dapat dikombinasikan dalan sistem agroforestry yaitu beberapa jenis tanaman semusim antara lain cabai dan empon-empon. Tujuannya, agar petani mendapatkan penghasilan yang berkelanjutan, misalnya pendapatan harian, bulanan dan tahunan.
Dilihat dari sisi ekologis, sistem agroforestry yang diterapkan cukup berhasil memberikan ruang hidup bagi berbagai jenis burung di daerah tersebut. Cekakak sungai (Halcyon chloris), Meninting besar (Enicurus leschenaulti) , Kadalan birah (Phaenicophaeus curvirostris), Pelatuk besi (Dinopium javanense) dan Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) adalah beberapa jenis burung yang sering dijumpai disekitar lahan agroforestry. Jenis manyar tempua, bondol haji dan bondol oto-hitam juga umum dijumpai, karena daerah ini terkenal dengan melimpahnya sumber air, sehingga banyak lahan persawahan yang masih dipertahankan.
Cekakak Jawa/Javan Kingfisher |
Saat itu kami berfikir, inikah bentuk adaptasi mangsa/pakan Cekakak jawa yang hidup di persawahan dan lahan kering? Atau dilokasi tersebut pakan sejatinya (serangga) sudah habis karena penggunaan pestisida?. Sampai saat ini perntanyaan-pertanyaan tersebut belum terjawab, belum ada studi lanjutan pasca kejadian pemangsaan tikus tersebut.
Menurut MacKinnon, dkk Cekakak Jawa/Javan Kingfisher (Halcyon cyanoventris) memiliki kebiasaan bertengger pada cabang rendah pohon yang terisolasi atau pada tiang di lahan rumput terbuka. Memburu serangga dan mangsa lainnya dan jarang terlihat berburu di atas air.
Saya pribadi, berburu foto Cekakak jawa masih menjadi incaran. Saya sangat tertarik dengan warna bulunya yang begitu cantik, warna dominan biru ungu yaitu pada bagian perut dan punggung, coklat tua pada kepala, tenggorokan dan kerah, sangat kontras dengan warna paruh dan kaki yang merah cerah. Suaranya nyaring, biasanya mengeluarkan suara bersamaan dengan Gerakan terbang.
Status Perlindungan
Warna bulunya yang cerah, menjadi incaran para pemburu. Meski keberadaannya kian susah dijumpai di alaam, namun IUCN masih memasukkan ke dalam daftar status resiko rendah Least concern, LC. Namun kita beruntung, karena Undang-undang Indonesia telah memasukkan spesies Cekakak Jawa/Javan Kingfisher (Halcyon cyanoventris) kedalam daftar satwa liar dilindungi, berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 tahun 2018 tentang daftar jenis tumbuhan dan satwa liar dilindungi.
Post a Comment for "Cekakak Jawa Pemangsa Hama Tikus"